Friday, May 30, 2008

D-Day 6




















HITLER MENYEPELEKAN SEKUTU
Selain perencanaan yang matang serta koordinasi yang luar biasa – menggerakkan armada dan logistik sebesar itu – terdapat sejumlah faktor teramat penting yang menyebabkan kemenangan pendaratan di Normandia yang diberi nama sandi Operation Overload tersebut.

Faktor Rusia jelas sangat tak bisa diabaikan. Saat itu Hitler tengah ngotot maju ke Rusia, dengan mengabaikan medan barat yang sudah berhasil ditakhlukkan. Akibatnya 56 divisi AB Jerman dialihkan ke Rusia. Untuk medan timur ini Hitler mengerahkan 157 divisi. Sementara itu Rusia melalui Stalin melakukan ofensif besar-besaran. Dalam sepuluh hari, 130 divisi pasukan Rusia berhasil menghancurkan seluruh kekuatan Jerman di situ, sehingga menewaskan, melukai dan menawan 350.000 tentara Jerman.

Faktor lain kesalahan Hitler sendiri, Sang fuhrer terlalu berobsesi segera mencaplok Rusia, sehingga ia mengabaikan permintaan para jenderalnya di medan barat. Von Rundstedt dan Rommel minta supaya pasukan di timur dikonsolidasikan, dan mengalihkannya ke Prancis. Ia pun tak bisa memberi solusi atas pertentangan dua jenderalnya itu. Von Rundstedt usul divisi tank diletakkan di garis belakang untuk melakukan serangan balasan secara massal kepada pasukan pendarat di Normandia. Sedangkan Rommel yakin, Sekutu harus secepatnya diusir ke laut pada jam-jam pertama. Ketidakbecusan Hitler mengambil keputusan berakibat fatal. Pasukan tank datang terlambat. ”Aku sungguh ingin menjabat tanggannya (Hitler) kata jenderal Sekutu.

Disamping itu, keberhasilan tersebut ditunjang oleh operasi intelijen yang terjitu dalam sejarah perang modern. Yaitu mengalihkan perhatian Jerman dengan mengerahkan dua armada pasukan palsu dibawah komando Jenderal Patton. Misi Patton seolah tengah bersiap menggempur Jerman dengan cara masuk lewat selat yang ditutup Jerman di Pas de Calais. Dengan sandi Double Cross, intelijen Inggris yang berhasil menggarap mata-mata Jerman lantas membocorkan informasi itu. Sehingga mereka mengirim pesan ”gerakan Patton” itu kepada Hitler. Selain itu intelijen Sekutu berhasil membongkar pula sandi rahasia intelijen Jerman sehingga diketahui segala informasi penting mengenai gerakan dan rencana pasukan Jerman.

Dan faktor terpentig lainnya adalah kemampuan pesawat udara Sekutu makin cangging yang sebelumnya diabaikan oleh Nazi. ”Mereka (AS) hanya bisa membikin mobil dan lemari es, bukan pesawat,” begitu ejek panglima AU Nazi (Lutfwaffe), Hermann Goering, pada Agustus 1941. Namun, kenyataanya sungguh lain, pesawat-pesawat AS dapat memotret udara dan pertahanan vitalnya. Tidak ada pesawat Jerman yang dapat mendeteksi serbuan pesawat Inggris. ”Di medan timur kita bertempur orang melawan orang, tapi di sini kami bertarung melawan mesin perang,” kisah seorang prajurit Jerman yang terjebak di Normandia. Dalam suratnya kepada anaknya beberapa pekan setelah Hari-H, Rommel mengatakan, ”Segala bentuk keberanian tidak membantu. Sungguh mengerikan... Setiap tembakan kita sekarang ini sepertinya berbalik menghantam kita sendiri dalam jumlah ratusan kali lipat.”

Bagaimana bila Operation Overload itu gagal? ”Jika Hari-H itu gagal, maka Agustus 1945 Amerika mungkin terpaksa menjatuhkan bom atom di Jerman.” Tutur William O’Neill, profesor sejarah PD II, ”bukannya di Hiroshima dan Nagasaki yang akan kita kenang, tapi Berlin dan Frankfurt”. Dua pekan setelah pendaratan di Normandia itu, AS berhasil membuat bom atom pertama.

Peristiwa besar itu sudah berlalu, 64 tahun silam. Operasi pendaratan ala Normandia mungkin tak akan ada lagi dalam sejarah perang masa sekarang dan masa mendatang. Zaman sudah bergulir ke teknologi jarak jauh, tapi lebih memusnahkan.

No comments: