Friday, May 30, 2008

D-Day 2









SARAPAN TELUR DAN KOPI

Pada pukul 03.00, 6 Juni 1944, diatas kapal USS Chase – salah satu dari 5.300 kapal milik sekutu – seorang prajurit dari Infantri ke 16 Amerika Serikat menulis dalam buku hariannya. ”Kami mempersiapkan diri sejak dini hari.” Beragam cara yang dilakukan prajurit lainnya untuk mengisi jam-jam yang paling menegangkan dalam hidupmereka itu. Sarapan pagi berupa telur dan kopi panas, tak bisa dinikmati dengan enak. ”Inilah sarapan terakhirku?”

Cuaca sungguh jelek. Kabut menggelantung pekat. Ombak besar. Kapal-kapal kecil terombang-ambing. Di dalam kapal-kapal pendarat itu nyaris tak tersisa ruang kosong. Prajurit berjejalan, sebagian yang mabuk laut memuntahkan isi perut sekenanya. Ada yang kena muka rekannya, atau sepatu temannya. Semuannya begitu sibuk dengan hatinya sendiri-sendiri. Bagi sebagian besar projurit dari AS, Inggris dan Kanada itu –total berjumlah 370.000 orang – inilah pengalaman tempur mereka yang pertama, dan mungkin yang pamungkas.

Dengan kecepatan 6 knots, satu jam kemudian, pintu dek landing ships tank (LST) terbuka. Garis pantai Normandia nampak kehitaman, masih sejauh 11 mil, di pantai itu sudah menunggu sekitar empat juta ranjau, bermil-mil pagar kawat berduri, ribuan senapan mesin, meriam dan tank. Tapi pasukan Jerman yang menunggui senjata-senjata itu tak menyadari akan kedatangan tamu sedemikian banyak. Sementara itu, pasukan payung yang akan diterjunkan ke garis belakang pertahanan Jerman di Normandia juga sudah disiapkan.

”Sebagai orang beragama,aku meminta kalian untuk berlutut bersamaku untuk berdoa. Jangan menunduk, tapi dongakkan kepala kalian supaya dapat melihat Tuhan, dan minta rahmat dan bantuannya,” kata seorang kolonel yang memimpin satu batalion pasukan payung, sebelum memasuki pesawat terbang. (sang kolonel tewas beberapa hari kemudian).

Dan detik penyerbuan tiba. Meriam kapal berdentum-dentum, membangunkan pasukan Jerman. Di tengah terpaan angin yang sangat kuat, para prajurit di tongkang-tongkang berlompatan ke air. Mereka berenang sekenanya. Serbuan dibagi dua. Tentara AS di pantai Utah dan Omaha. Inggrisdan Kanada di sebelah Timur di pantai Gold, Juno dan Sword.

Beberapa prajurit terlihat timbul tenggelam ketika sebuah mortir Jerman menghantam lambung perahu. Mereka saling berpegang ke tangga. Seorang perwira marah ketika sejumlah prajurit kembali ke kapal. Beberapa kapal terhempas badai dan lenyap di dasar Selat Inggris. Jarak pantai masih jauh. Peluru terus bertebaran. Ada yang selamat, tapi banyak pula yang hilang begitu menyentuh air laut. Ada yang saling menembak sambil berenang.

“saya mencoba berpegang pada tiang besi. Sepuluh meter di depan saya, sebuah tank amphibi terbakar kena hantam mortir. Jerman masih menembaki setiap gerakan. Sulit bagi saya untuk membalas. Akhirnya tongkang kami terkena juga. Untung saya selamat. Saya terus berenang. Surat keluarga dan beberapa foto dalam kantung basah. Tapi saya terus bertahan. Di depan saya, dua prajurit berhasi mendarat di pantai. Akhirnya saya merasakan daratan makin dekat. Bibir saya mulai menyentuh daratan,” kenang seorang prajurit AS.

Pantai Omaha menjadi sasaran pertama. Tapi tidak semuannya beruntung selamat sampai pantai. Ada yang baru masuk ke tongkap sudah harus kembali lagi ke kapal menjadi mayat. Akibatnya dek kapal penuh dengan prajurit yang tewas. Di pantai ini, divisi Infantri ke-1 dan ke-29 harus menghadapai hujan tembakan dari penjaga pantai Jerman. ”Banyak prajurit yang menangis dan memanggil-manggil Ibunya,” cerita seorang prajurit. Sepuluh menit pertama sebanyak 197 tentara tewas dan luka-luka. Termasuk perwira dan prajuritnya. Pantai Omaha menjadi neraka. Sementara pendaratan di Pantai Utah yang dilakukan Korps VII AS dan Divisi Infantri ke _4 di ujung sebelah barat situasinya sama saja.

”Hanya ada dua jenis orang yang berada di pantai ini: orang mati dan mereka yang akan mati!” teriak seorang letnan kolonel memberi semangat anak buanya. Kata-kata itu terus dikumandangkan, termasuk oleh anak buahnya. Dan ia pun termasuk yang akhirnya mati.

Bersambung ke D-Day 3

No comments: